Dasar-dasar Penelitian Sejarah

1.1              Langkah-langkah penelitian Sejarah
Mengapa dalam sejarah ada penelitian ? apakah tujuan dilakukannya penelitian ? bagaimanakah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian sejarah ? Dalam sejarah ada penelitian karena sejarah merupakan suatu ilmu. Sejarah sebagai ilmu memiliki metode atau langkah-langkah dalam penelitiannya. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah yaitu :
A.    Pemilihan Topik
Sebelum melakukan penelitian sejarah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti haruslah merupakan topik yang layak dijadikan penelitian dan bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian sebelumnya. Kelayakan topik penelitian sejarah dapat dilihat dari ketersediaan sumber yang dapat dijadikan bahan untuk penelitian. Jangan sampai kita menetapkan topik yang menarik untuk diteliti namun sumbernya tidak ada. Berbeda dengan ilmu penelitian ilmu pengetahuan lainnya, penelitian sejarah sangat bergantung pada ketersediaan sumber. Jadi topik yang akan diteliti harus merupakan hal baru dan diharapkan dapat memberi informasi yang baru atau ditemukan suatu teori baru.
Pemilihan topik ini penting agar penelitian sejarah lebih terarah dan terfokus pada masalah yang akan diteliti. Untuk mengarahkan masalah yang akan diteliti dalam topik tersebut, sebaiknya kita ajukan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi masalah yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi pertama apa (what) yang akan kita teliti, apakah kita akan meneliti aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, keluarga, militer dan lain-lain. Pertanyaan tentang apa lebih melihat pada aspek-aspek yang akan kita teliti. Misalnya kita ingin membuat sajarah desa kita maka apanya yang kita ingin kita lihat dari desa tersebut, apakah ekonominya, sosilanya, politiknya, budayanya, dan aspek-aspek lainnya.
Pertanyaan kedua yaitu siapa (who) yang akan diteliti. Dalam menulis sejarah desa misalnya kita harus menetapkan siapa-siapa saja yang akan kita teliti, atau kelonpok-kelompok sosial mana yang akan diteliti, apah para tokohnya, msayarakat petani, masyarakat pengrajin, aparat desanya, kaum wanitanya, dan lain-lain. Kalau kita ingin meneliti bagaimana perkembangan sosial ekonomi suatu desa, maka salah satu komponen yang harus kita teliti yaitu kaum petani dan pengrajin dari desa tersebut. Petani dan pengrajin ini perlu kita teliti karena kelompok inilah yang berhubungan langsung dengan kehidupan ekonomi. Kita bisa melihat berapa pendapatannya, bagaimana cara mereka bekerja, berapa jumlah produksi yang dihasilkannya, dan lain-lainnya.
Ketiga, pertanyaan yang diaujkan adalah dimana (where) yang akan kita teliti. Pertanyaan ini merupakan aspek spasial atau keruangan yang menjadi ciri dari disiplin ilmu sejarah. Spasial dapat berupa tempat atau geografi yang akan diteliti. Apakah kita akan meneliti desa atau kota., atau wilayah yang bersifat administratif seperti desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara. Kalau kita meneliti geografis desa, maka harus jelas batasan geografis yang kita teliti.
Pertanyaan keempat yang diajukan adalah kapan (when). Maksud dari pertanyaan ini adalah menyangkut aspek batasan waktu. Misalnya perubahan sosial desa 1950-1955. Penetapan angka tahun ini harus memiliki pertimbangan-pertimbangan yang bersifat akademis, misalnya karena tahun tersebut merupakan awal dari perubahan sampai dengan tahun menurunnya perubahan-perubahan penting. Perubahan tersebut bias dalam konteks sosial, ekonomi, politik, dan konteks lainnya.
Kelima, pertanyaan berikutnya adalah mengapa (why). Pertanyaan ini lebih bersifat analitis dan mendalam. Dengan contoh tema penulisan tentang perubahan sosial desa 1950-1955, pertanyaan mengapa dapat menyangkut mengapa pada tahun tersebut terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial ini bisa dilihat dari berbagai ciri, misalkan status pekerjaan, pemilikan tanah, pendidikan dan lain-lain. Perubahan pada status pekerjaan bisa misalnya perubahan dari petani menjadi buruh bangunan, menjadi buruh perkebunan, menjadi buruh pabrik, dan perubahan ke arah pekerjaan-pekerjaan lainnya. Perubahan pemilikan tanah bisa dilihat misalnya adanya pemilikan lahan yang semakin sempit atau pemindahan pemilikan dari penduduk setempat ke orang di luar desanya. Perubahan  sosial dalam pendidikan misalnya terjadi peningkatan masyarakat yang terlibat langsung dalam pendidikan sekolah, jumlah anak yang sekolah baik ditingkat sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi semakin meningkat.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial, misalnya akibat kebijakan-kebijakan politik pemerintah atau bisa saja terjadinya perubahan geografis atau iklim. Dari pertanyaan mengapadapat dicari jawaban yang lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan bagaimana (how) perubahan itu terjadi. Pertanyaan bagaimana ini misalnya bagaimana hubungan kebijakan politik pemerintah terhadap perubahan sosial di pedesaan. Misalnya kebijakan pemerintah yang mengembangkan sektor industri berakibat berdirinya pabrik-pabrik di daerah pedesaan. Sektor industri ini memakan lahan pertanian yang ada di pedesaan. Akibatnya penduduk yang berpenghidupan dari pertanian beralih ke sektor industri. Akibat perubahan iklim, misalnya terjadi muslim kemarau yang berkepanjangan, sehingga para petani berpindah pekerjaan dari mengerjakan menggarap sawah, menjadi buruh bangunan di kota.
Pertanyaan – pertanyaan di atas amatlah penting dalam menetapka topik penelitian. Fungsi dari pertanyaan – pertanyaan tersebut untuk mengarahkan ketika kita mencari sumber – sumber yang akan dijadikan data penelitian. Misalnya kalau kita ingin melihat bagaimana perubahan sosiala yang dicirikan dengan perubahan status pekerjaan, maka kita hanya mencari apa saja pekerjaan masyarakat pedesaan tersebut, berapa jumlahnya, apa saja produk yang dihasilkan, dan berapa jumlah pendapatan mereka selama kurun waktu yang telah kita tentukan.

B.     Pengumpulan Sumber
Setelah menetapkan topik penelitian langkah berikutnya adalah pengumpulan sumber atau istilah lainnya dengan heuristik . Sumber yang kita cari adlah sumber yang berkaitan dengan topik yang telah kita tetapkan. Ke manakah kita harus mencari sumber ?
Banyak sekali tempat yang dapt kita jadikan sebagai tempat sumber sejarah. Tempat yang kita jadikan sebagai pencarian sumber sejarah tergantung pada jenis sumber yang kita butuhkan. Kalau kita membutuhkan sumber tertulis, dapat kita peroleh di perpustakaan – perpustakaan, Kantor Arsip, Kantor – kantor pemerintah, dan tempat – tempat lainnya. Lokasi yang kita jadikan penelitianpun dapat dijadikan tempat pencarian sumber. Di tempat ini kita dapat menemukan sumber – sumber yang berbentuk artefak, seperti bentuk geogrfis daerah, atau mungkin saja kita menemukan benda-benda peninggalan sejarah. Selain sumber-sumber benda, di lokasi penelitian kita dapat pula menemukan orang-orang yang masih hidup dan dapt dijadikan saksi dari peristiwa sejarah yang kita teliti.
            Salah satu tempat yang sangat penting sebagai sumber sejarah yaitu Arsip Nasional yang berada di Jakarta . Di tempat itiu banyak sekali tersimpan arsip-arsip nasional sejak jaman kolonial. Berbagai topik penelitian sejarah dapat kita lakukan berdasarkan arsip yang tersedia , misalnya kalau kita ingin menulis sejarah perkebunan pada jaman kolnial Belanda, kita dapat menemukan arsip khusus tentang perkebunan yang tersedia cukup banyak. Dari arsip perkbunan ini kita tidak hanya bicara perkebunan saja, kita juga bisa secara khusus meneliti tentang kehidupan kaum buruh perkebunannya. Di beberapa daerah pun terdapat kantor-kantor Arsip Daerah yang menyimpan sumber-sumber sejarah daerahnya. Pada arsip daerah kita dapat menulis topik tentang sejarah lokal.
            Pada kantor-kantor pemerintahan yang lainnya kita dapat pula mencari sumber, termasuk kantor pemerintahan desa. Kalau kita menulis misalnya tentang Perubahan Sosial Desa 1970-1980, barangkali laporan-laporan tertulis atau arsip-arsip yang ada di desa dapat kita lacak . Dengan tema tentang perubahan sosial di desa, kita dapat mencari arsip-arsip tentang pertanahan, berapa luasnya, bagaimana kepemilikannya, bagaimana pengalihan kepemilikannya, untuk apa tanah di desa, apakah untuk pertanian atau industri. Selain laporan-laporan tertulis di kantor desa , kita pun dapat mewawancarai masyarakat di sekitar tersebut yang hidup pada masa periode penelitian kita. Dengan tema tentsng perubahan sosial di desa, kita bisa mewawancarai para petani di desa tersebut . Kita bisa menanyakan bagaimana gambaran mereka tentang petanian pada saat itu ?, bagaimana kehidupan mereka dari hasil pertaniannya? Apakah nereka sebagai pemilik tanah atau penggarap  ? apakah dari pekerjaanya itu dapat mencukupi kehidupannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
            Di perpustakaan, sumber yang kita cari lebih banyak pada sekunder atau sumber kedua yang berupa buku-buku. Buku-buku yang kita cari sudah barang tentu buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian yang aka kita teliti. Untuk memudahkan cara mencari sumber-sumber di perpustakaan , sebaiknya sebelum kita datang ke perpustakaan terlebih dahulu kita catat judu-judul atau sumber yang akan kita cari. Setelah kita mencari d perpustakaan. Cara mencari sumber di perpustakaan sebaiknya terlebih dahulu kita lihat katalog yang tersedia di perpustakaan. Kalau di perpustakaan itu tidak ada katalognya, tanyakanlah buku-buku yang akan kita cari di perpustakaan.
C.     Kritik Sumber
Penelitian sejarah sebagaimana telah dikatakan merupan upaya yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mencari kebenarannya. Dalam penelitian sejarah, seorang peneliti berusah menduga dan membuktikan kebenaran tentang apa yang terjadi dimasa lalu. Untuk membuktikan kebenarannya tersebut, maka harus berdasarkan pada sumber sejarah. Akan tetapi sumber sejarah yang kita gunakanpun harus sumber yang memang benar-benar bukti sesuai dengan apa saja yang terjadi dimasa lalu. Dengan demikian sumber sejarahpun harus memiliki kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sumber sejarah tersebut maka dilakukanlah kritik sumber.
Kritik sumber dapat dibagi dalam dua bagian yaitu kritik sumber eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah kritik yang ingin melihat keaslian atau orsinalitas dari sumber.Kalau kita menemukan sumber tertulis , Kritik eksternal yang kita lakukan adalah melihat jenis kertasnya, jenis tulisannya, jenis hurufnya. Jadi kritik eksternal itu lebih melihat pada aspek luarnya. Misalnya kita meneliti tentang Perubahan Sosial Desa 1950-1955. Kita menemukan sumber tertulis misalnya laporan pemerintah dari Kecamatan tempat kita melakukan penelitian. Dalam laporan tersebut, kita temukan jumlah penduduk desa, mata penchariannya, luas wilayah lahan pertanian, dan kegiatan ekonomi penduduk desa. Setelah kita teliti sumber tersebut ternyata ditulis dengan menggunakan ketikan komputer dan jenis kertas KVS A4 dan jilid dengan menggunaka jilid hard Cover.Kalaulah kita teliti dan melihat fisik dari sumber tersebut, maka pertanyaan kita adalah aslikah sumber tersebut ?. Jawabannya tentu sumber tersebut tidak tidak asli, mengapa demikian? Karena peneliti sejarah kita periodesasinya tahun 1950-1955, pada tersebut belum ada penggunaan komputer dalam pengetikan administrasi di pemerintahan. Begitu jenis kertas dan penjlida yang demikian belum ada pada tahun itu. Jadi sumber tersebut bukan sumber yang asli.
Bagaimana halnya dengan isi sumber tersebut ? dalam sumber tersebut kita temukan angka tahunnya 1950-1955, bahkan ejaan yang diguanakannya pun menggunakan ejaan yang lama yang belum menggunakan EYD. Ada kemungkinan sumber tersebut diketik ulang kembali oleh petugas administrasi. Jadi bisa saja isinya kemungkinan bisa benar, tetapi dari segi fisiknya bukan sumber asli. Walaupun demikian, kita harus hati-hati dengan menggunakan sumber tersebut, sebab dapat ada kesalahan pengetikan sehingga data yang tercantum dalam sumber tersebut kurang dapat dipercaya.
Lain halnya kalau laporan tersebut menggunakan ketas yang sudah agak menguning dan diketik dengan mesin tik atau ditulis tangan. Dari segi fisik tersebut , sumber tersebut bisa dikatagorikan kedalam sumber yang asli. Sebab kalau kita lihat dari periode penelitian kita, pada tahun 1950-1955 sudah ada penggunaan mesin tik di kantor Administrasi pemerintahan.
Dalam kritik eksternal  dibutuhkan pula pengetahuan-pengetahuan yang bersifat umum dalam konteks jaman. Misalkan kapan mulai adanya penggunaan komputer, mesin tik, foto copy, dan jenis-jenis alat tulis lainnya. Pengetahuanpun bukan hanya kontek zaman, tetapi juga dalam konteks wilayah, misalkan apakah pada tahun 1950-an sudah ada penggunaan mesin tik di desa kita. Bisa saja pada tahun tersebut di desa kita belum mengenal mesin tik, sementara di Kabupaten sudah ada.
Setelah melakukan kritik eksternal, kemudian kita melihat secara kritis terhadap isi dari sumber tersebut , apakah isi sumnber itu dapat dipercaya atau tidak. Langkah ini disebut dengan kritik internal. Jadinkritik internal adalah kritik terhadap sumber atau kritik terhadap kreadibilitas sumber. Misalkan  ketika kita meneliti tentang ekonomi pedesaan pada tahun 1950-1955. Kita menemukan sebuah laporan tertulis dari kecamatan yang berisi tentang adanya barang-barang yang diperjualbelikan oleh koprasi Unit Desa ( KUD) . Ditemukan pula para pengurus KUD dan jumlah pinjaman-pinjaman masyrakat petani terhadap KUD.
Dengan contoh isi sumber tersebut , kita harus membacanya secara kritis, apakah sumber tersebut dapat dipercaya?, Kalau dilihat dari isisnya, sumber tersebut tidak bisa dipercaya, mengapa demikian ? karena tercantum isi tentang KUD . Pada tahun 1950-1955 belum ada yang namanya KUD , memang koprasi sudah ada, bahkan sejak jaman Belanda , tetapi koprasi yang namanya KUD  baru ada pada jaman Orde Baru. Seperti halnya juga pada krik eksternal , dalam kritik internalpun kita harus memiliki pengetahuan yang bersifat umum dalam konteks waktu dan juga tempat.
Kritik juga dilakukan terhadap sumber-sumber bangunan. Untuk menguji sumber-sumber bangunan pada saat ini sudah banyak menggunakan teknologi yang sudah maju. Hal-hal yang diuji misalknya bahan bangunan yang dipakai, apakah sudah lama atau baru, dengan menggunakan teknologi yang sudah maju, dapat mendikteksi usia dari sebuah bangunan . Pengujian terhadap sumber-sumber ini, banyak dilakukan oleh para ahli arkeologi atau arkeolog.
Selain sumber tertulis dan sumber bangunan , kritikpun harus dilakukan terhadap sumber lisan atau orang yang kita wawancarai. Ada beberpa faktor yang berpengaruh terhahadap objektivitas dari sumber yang kita wawancarai, misalnya usia informan. Semakin tua informan yang kita wawancarai ada kemungkinan semakin kurang kredibel data yang disampaikannay, informan tersebut mungkin sudah banyak lupa terhadap apa yang ia alami, karena jarak waktu yang jauh dari peristiwa yang pernah dialaminya dengan usia. Jadi kita harus kritis terhadap sumber lisan yang diberikan oleh saksi sejarah atau orang yang kita minta informasinya.
D.    Interpretasi
Setelah memberikan kritik terhahdap sumber langkah berikutnya adalah memberikan penafsiran atau inteprestasi. Interpretasi dilakukan terhadap sumber-sumber yang ditemukan. Pada tahap interpretasi ini, subjektivitas dapat terjadi. Kita sering melihat dengan data atau sumber yang sama akan melahirkan interpretasi yang berbeda, mengapa demikian. Hal ini disebabkan sejarawan atau penulis sejarah melihat sudut pandang yang berbeda terhadap penasfsiran sumber yang ditemukan nya. Hal ini terjadi disebabkan ditemukannya sumber baru.
Dalam melakukan penafsiran kita harus memiliki keterampilan dalam mambaca sumber. Keterampilan dalam menafsirkan bahasa yang digunakan oleh sumber yang ditemukan, terutama untuk sumber-sumber tertulis. Misalkan sumber itu berbahasa Belanda atau bahasa-bahasa daerah yang kuno, misalkan Bahasa Sunda Kuno atau Jawa Kuno. Apalagi bahasa-bahasa yang lama, struktir kalimastnya akan berbeda dengan struktur bahasa yang sekarang. Dalam Bahasa Indonesiapun , mengalami perkembangan. Kalau kita baca sumber yang berbahasa Indonesia yang terbit tahun 1950-an , sudah barang tentu memilikji struktur kalimat yang berbeda.
Ketika kita memberkan penafsiran , pada dasarnya merupan langkah yang kita lakukan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari topik yang kita teliti. Untuk menjawab pertanyaan-pertnyaan penelitian, maka kita mencoba mengurai data-data atau sumber-sumber yang sudah kita pilih atau seleksi. Misalnya tema Penelitian Perubahan Sosial Desa Tahun 1950-1955. Dengan tema ini kita akan menguraikan berbagai sumber yang menunjukan adanya perubahan sosial. Sumber –sumber atau data-data yang diuraikan misalnya adanya laporan tentang jumlah orang-orang yang sekolah, jenis-jens sekolah yang dimasuki, jenis-jenis pekerjaan penduduk dan jumlah pendapatannya, jumlah luas tanah di desa, adanya catatan tentang trasaksi pembelian hasil-hasil pertanian oleh petani dengan pedagang yang berasal dari kota, cattan rapat di desa dan kecamastan tentang penyuluhan pertanian yang akan dilakukan oleh petugas pertanian kepada petani di desa, dan laporan dari desa tentang program pengembangan pertanian.
Dalam memberikan penafsiran biasanya sejarawan akan melihat berbagai faktor yang menjadi faktor penentu perubahan. Secara garis besar, faktor penentu perubahan dalam sejarah dapat ditentukan oleh manuasia sendiri dan faktor diluar manusia . Faktor diluar manusia misalnya lingkungan fisik atau alam dimana manusia itu hidup, misalnya iklim, tanah dan sumber-sumber daya alam lainnya.
Interpretasi sejarah dengan melihat manusia sebagai faktor penentu perubahan dalam sejarah, bisa dilihat dari manusia sebagai individu manusia sebagai kelompok atau masyarakat, contoh interpretasi sejarah yang melihat individu sebagai faktor penentu sejarah misalnya , sejarah tentang “ orang-orang besar “ atau tokoh. Dalam sejarah-sejarah yang lama sering ditampikakan peran sentral seorang tokoh dalam sebuah peristiwa. Tokoh tersebut sangat menentukan terjadinya sebuah peristiwa sejarah, misalnya Perang Duani II banyak ditentukan oleh peran-peran individu yang menyebakan perang tersebut berlangsung.Tokoh –tokoh individu yang menentukan dalam perang Dunia II misalnya Hitler dari Jerman, Musolini dari Italia dan Kaisar Hirohito dari Jepang.
Manusia sebagai kelompok dapat dilihat manusia sebagai sebuah masyarakat . Masyrakat dalam pengertian disini bisa didefinisikan sebagai sekumpulan individu yang terintergrasi dalam suatu struktur. Interpretasi dalam pendekatan ini dengan melihat perubahan masyarakat secara struktur. Misalnya dengan tema penulisan sejarah Perubahan Sosial Desa 1950-1955, perubahan struktur yang terjadi yaitu struktur masyarakat yang tadinyaberprofesi sebagai petani kemudian berubah menjadi buruh perkotaan.
Interpretasi sejarah dengan melihat lingkungan fisik atau alam sebagai faktor penentu dalam sejarah dapat berupa interpretasi geografis . Dalam interpretasi model ini misalnya sejarah timbulnya peradaban –peradaban atau kerajaan-kerajaan kuno. Peradaban-peradaban kuno yang lahir banyak  terletak ditepian sungai, seperti peradaban Lembah Sungai Indus di India, peradaban Cina di Lembah sungai Hoanho, peradban Lembah Sungai Nil di Mesir dan peradaban-peradaban lainnya. Mengapa peradaban-peradaban itu selalu terletak di tepi sungai ? . Dengan interpretasi geografis dapat dikatakan bahwa sungai pada waktu itu merupakan sumber kehidupan dan tempat lalulintas, karena pada saat itu belum ada kendaraan darat yang bermesin seperti sekarang ini. Kehidupan manusia pada saat itu masih banyak tergantung pada faktor alam. Pada daerah-daerah sungai yang demikian , akan muncul sebuah masyarakat manusia. Dengan demikian kewhidupan manusia sangat ditentukan oleh faktor gegrafis.
Selain interpretasi geografis , terdapat pula interpretasi ekonomi. Interpretasi Ekonomi artinya bahwa faktor ekonomi sangat menentukanperubahan dalam sejarah ata`u kehidupan manusia ditentukan oleh faktor ekonomi. Sejarah perang misalnya, tidak dilihat dari faktor politik atau peran sentral seorang tokoh . Sebuah perang dapat pula terjadi lebih disebabkan oleh faktor ekonomi. Misalnya perang itu terjadi disebabkan oleh adanya perebutan dari kedua negara terhadap sumber-sumber daya alam. Kedua negara itu ingin menguasainya. Bahkan penjajahan ayau imprialisme bisa dilihat dari persepektif ekonomi. Negara-negara barat melakukan penjajahan kepada bangsa-bangsa Asia Afrika pada abad ke -19 , lebih disebabkan oleh adanya keinginan bangsa-bangsa Barat menguasai terhahadap sumber-sumber daya alam.
Subjektivitas dalam interpretasi sejarah mungkin terjadi , karena seorang penulis sejarah atau sejarawan memiliki kewenangan untuk memberikan interpretasi terhadap sumbr-sumber atau fakta-fakta yang telah ditemukannya. Walaupun demikian, seorang sejarawan harus berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari subjektivitas yang berlebihan, apalagi kepentingan pribadi atau golongannya yang mewarnai interpretasinya. Cara yang dilakukan untuk menghindari subjektivitas, yaitu dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang bersifat ilmiah atau menggunakan konsep-konsep atau teori-teori dalam menginterpretaasikan sumber yang ditemukannya. Dengan seperti ini, diharapkan interpretasi sejarah akan lebih objekC
Langkah terakhir dari penelitian sejarah adalah penulisan atau disebut dengan historiografi. Historiografi secara harfiah berasal dari gabungan dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Berdasarkan katanya historiografi berarti penulisan sejarah. Secara lebih luas Historiografi dapat diartikan sebagai sejarah penulisan . Kronik-kronik yang ditulis pada masa kerajaan – kerajaan kuno merupakan salah satu bentuk historigrafi. Bentuk ini termasuk kedalam historigarfi tradisional. Masyaraksat Indonesia di masa lalu sudah memiliki kesadaran dalam menulis sejarahnya. Selain kronik terdapat beberapa bentuk historigrafi tradisional sepewrti babad, hikayat, silsilah, tambo ( mnangkabau ), tutui teteek ( roti ) dan lain-lainnya.
Penulisan sejarah merupakan langkah bagaimana seorang sejarawan mengkomunikasikan hasil penelitiannya untuk dibaca oleh umum. Bagaimanakah penulisan sejarah agar dapat mudah dibaca oleh masyarakt umum ?
Dalam menulis sejarah berarti seorang sejarawan merokuntruksi terhadap sumber-sumber sejarah yang ditemukan nya menjadi suatu sejarah. Cerita sejarah ibarat suatu kontruksi bangunan yang dibangun oleh seorang sejarawan. Kalaulah kita perhatikan bahan-bahan bangunan yang masih terpisah-pisah tidak begitu menarik, seperti batu kali, pasir, batu bata , semen, kayu, kaca, genteng dan bahan-bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut kalau belum dikontruksi menjadi suatu bangunan, seperti barang yang mati. Akan tetapi ketika menjadi suatu bangunan, apalagi kalau banguna itu indah, seperti sesuatu yang hidup.
Kemampuan menulis merupakan sarat penting bagi sejarawan dalam menulis sejarah. Seorang sejarawan harus memiliki kemampuan berimaginasi dalam menyusun cerita sejarah. Imaginasi sejarawan berdasarkan pada bukti-bukti sejarah yang digunakannya. Bukan imaginasi fiksi seperti halnya seorang novelis atau pengarang cerita. Dalam berimaginasi seorang sejarawan harus mampu masuk kedalam konteks jaman yang ditulisnya. Misalnya kalau sejarawan itu menulis sejarah desa pada tahun 1950-an , maka dia harus bisa menggambarkan atau berimaginasi kehidupan masyarakat desa tahun itu. Jangan menyamakan kehidupan pada tahun 1950-an dengan kehidupan jaman sekarang, atau ketika sejarawan itu menulis.
Kemampuamn berimaginasi dalam menulis sejarah menunjukan bahwa menulis sejarah mengandung unsur seni. Bahkan apabila tulisan sejarah itu mmampu mengajak pembacanya untuk menerawang kemasa lalu dapat mengandung kesan seolah-olah tulisan sejarah itu membawa pembacanya untuk berekreasi ke kehidupan masa lalu. Tulisan sejarah tidak hanya sebagai karya akademik saja, tetapi juga merupakan karya seni . Walaupun demikian unsur sejarah sebagai ilmu tetap harus ditampilkan . Sehingga dalam menulis sejarah terjadi perpaduan antara seni dan ilmu.
Penulisan sejarah memiliki bentuk yaitu penulisan yang bersifat  narasi, deskripsi dan analitis. Sejarah yang ditulis dengan naratif lebih banyak bercerita sesusai dengan apa yang diinformasikan oleh sumber sejarah. Biasanya penulisan yang bersifat naratif menceritakan apa dan dimana peristiwa itu terjadi. Penulisan yang deskriptif hampir sama dengan naratif, sama-sama berorientai terhadap sumber. Mendescripsikan suatu peristiwa sebagaimana layaknya yang diceritakan oleh sumber. Hanya dalam penulisannya  yang bersifat descriptif lebih detail dan kompleks. Banyak hal diuraikan dalam cerita sejarah yang bersifat descriptif.
Sedangkan penulisan sejarah yang bersifat analitis lebih berorientasi pada problem atau masalah . Dalam penulisan yang bersifat afalitis tidak hanya sekedar bercerita , tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam daripada penulisan yang bersifat naratif dan descriptif. Penulidan yang bersifat analitis lebih banyak mempertanyakan mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Contoh misalkan sejarah pemberontakan . Dalam penulisan yang bersifat naratif hanya banyak bercerita  bagaimana awla pemberontakan  itu timbul, berlangsung dan sampai dengan akhirnya. Jadi uraiannya bersifat krnologis semata. Penulisan yang bersifat descriptif akan menguraiakn lebih detail mengenai pemberontakan itu, tidak hanya keberlangsungan dan berakhirnya, tetapi mungkin menguraikan sebab-sebab yang lebih detail dan komleks dan bagimana kondidsi masyarakat sebelum terjadinya pemberontakan sehingga banyak memberikan informasi yang lebih banyak dalam menguraikan pemberontakan itu dibanding dengan uraian yang bersifat nartif. Sedangkan pendekatan yang bersifat analitis, melihat pemberontakan dapat dilihat dari berbagai faktor. Pemberontakan sebagai sebuah tema penelitian, diuraikan dengan pembagian tema-tema atau topik-topik yang lebih kecil. Misalkan dilihat dari aspek politik , sosial dan ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah  terjadinya pemberontakan. Dengan uraian yang lebih analitis diharapkan dapat menemukan kesimpulan-kesimpulan yang bersifat unik dan khas, yang bisa membedakan dengan pemberontakan lainnyaBahkan dapat ditemukan suatu model tersendiri tentang teori dari pemberontakan.

Bagaimanakah penulisan sejarah yang bak ? Penulisan sejarah yang baik sudah barang tentu menggabungkan antara unsur naratif, descriptif dan analitis. Dalam model penulisan yang demikian akan menampilkan unsur cerita , detail sumber dan analisa terhadap peristiwa sejarah. Penulisan sejarah yang demikian tidak akan kering , karena ada unsur analisanya. Dengan cara seperti ini, maka unsur seni dan ilmu dalam penulisan sejarah dapat ditampilkan.
Share on Google Plus

About cempor

0 komentar:

Posting Komentar